Spot mimpi kali ini bertempat di rumah lama saya (rumah yang saya huni sampai berusia sekitar 10 tahun). Sebelumnya, saya dan teman saya sudah janjian ketemuan di rumah ini. Sewaktu teman saya sampai, dia sedang berusaha untuk menelepon suaminya. Teman saya mengatakan bahwa dia dan suaminya sering saling menelepon apabila sedang tidak bersama.
Lalu dia bertanya bagaimana cara komunikasi saya dengan suami saya. Saya katakan bahwa saya dan suami lebih sering menggunakan aplikasi chatting karena kami sama-sama sibuk bekerja. Jadi, lebih mudah bagi kami untuk berkomunikasi lewat chatting daripada telepon.
Jika sudah ada waktu luang, kami akan menyempatkan diri untuk memeriksa pesan-pesan kami dan membalasnya. Kalau kami sedang tidak bersama, maka kami akan saling mengirim pesan. Kami selalu ada bahan pembicaraan sehingga dalam satu hari, jika di scroll ke atas maka isi pembicaraan kami akan sangat panjang (lebih dari 2 meter). Hahaha. Jawaban saya itu adalah akhir dari mimpi saya hari ini.
Dulu saat saya masih mengajar di TK, saya duluan berangkat kerja dibandingkan suami saya karena jam masuk kerja saya lebih awal. Suami saya akan mengirimkan pesan yang menanyakan apakah saya sudah sampai. Dia mau memastikan apakah saya sudah sampai dengan selamat. Jika saya tidak membalasnya maka dia akan menanyakannya kepada rekan guru saya.
Karena saya pernah beberapa kali tidak membalas pesannya untuk mengabarkan kalau saya sudah sampai, dia berinisiatif untuk mengaktifkan fitur location sharing di ponsel saya sehingga jika saya pergi ke suatu tempat dan saya tidak memberinya kabar maka dia bisa melihat di ponselnya untuk memastikan kalau saya sudah sampai.
Apakah saya terganggu dengan apa yang suami saya lakukan? Tidak sama sekali. Saya malah senang diperhatikan dengan cara seperti itu. Itu artinya dia sangat peduli dengan saya. Mungkin bagi orang lain, hal ini membuat mereka risih, tetapi saya malah menyenangi hal ini. Apa yang suami saya lakukan adalah bahasa kasih yang saya perlukan. Dengan dia melakukan hal itu, saya merasa sangat dikasihi.
Mengenai bahasa kasih ini, kami mendapatkannya dari buku yang kami baca, judulnya Lima Bahasa Kasih, karangan Gary Chapman. Karena merasakan isi di dalam buku ini sangat bagus bagi pasangan suami istri, maka saya sudah beberapa kali menghadiahkan buku ini kepada beberapa teman saya pada saat pernikahan mereka. Harapan saya memberikan buku ini adalah supaya mereka dan pasangan mereka bisa saling belajar memahami bahasa kasih masing-masing. Seperti contohnya saya dan suami.
Bahasa kasih yang paling saya perlukan adalah melalui kata-kata dan waktu kebersamaan. Suami saya yang tahu akan hal itu, sudah tahu apa yang harus dilakukannya kepada saya. Cukup dengan kata-kata yang membangun dan keberadaannya bersama saya, itu sudah sangat membuat saya merasa dikasihi. Bagaimana dengan bahasa kasih suami saya? Dengan cara apa dia merasa dikasihi oleh saya? Cukup saya saja yang tahu ya. 😊
Buku yang saya sebutkan di atas sangat kami rekomendasikan buat pasangan yang akan menikah maupun yang sudah menikah. Benar-benar sangat bagus dan sangat membantu dalam kehidupan pernikahan jika isi di dalam buku tersebut bukan hanya dibaca tetapi diaplikasikan juga di dalam kehidupan nyata.